Sistem pendidikan nasional kita, oleh banyak kalangan dinilain masih karut marut seperti benang kusut. Dengan kondisi ini hampir susah untuk diketemukan bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk membenahinya, siapa yang harus memulainya, kapan itu bisa dimulai, dan dari mana mengawali perbaikannya. Bagi penulis, sosok guru lah yang menjadi aktor penting dalam mengangkat citra dan martabat pendidikan ini.
Pada kondisi paling mendasar, kalau masing-masing elemen pendidikan menyadari, masing-masing memiliki kepedulian, dan semuanya mau berbagi rasa serta mengedepankan tepo seliro, maka kondisi pendidikan yang karut marut ini bisa diantisipasi. Karena itu dibutuhkan kesamaan persepsi serta satu langkah dan tujuan yang sama untuk mengangkat ‘batang terendam’ ini menjadi pendidikan bermutu.
Satu hal yang patut menjadi titik perhatian adalah bagaimana merancang guru sebagai garda depan bangsa. Sebagai garda depan guru harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam menciptakan hasil pembelajaran secara optimal yang selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
Bagi penulis, menjadikan guru sebagai garda depan dapat didefinisikan dengan kondisi sebagai berikut. Pertama, guru sebagai planner yaitu guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, tidak hanya berupa program rutin seperti menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran, juga mampu merencanakan setiap pembelajaran yang dilakukan agar berjalan maksimal. Lebih penting lagi perencanaan tersebut bisa terprogram dengan lebih baik.
Kedua, guru sebagai inovator, artinya guru memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan berkenaan dengan pola pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, serta sistem dan alat evaluasi. Secara individu maupun bersama-sama, guru harus mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
Ketiga, guru sebagai motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya. Keempat, guru sebagai capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, serta sikap yang lebih mantap sehinga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif;
Kelima, guru sebagai developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Guru sebagai garda depan bangsa juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan siswa melalui pemahaman, keaktifan, dan pembelajaran sesuai kemajuan zaman. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin dan bertanggung jawab
Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ, SQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang.
Selain itu, guru garda depan juga harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru garda depan bagsa, bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru garda depan bangsa diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama, yang merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan dirinya sebagai garda depan bangsa.
Pada kondisi paling mendasar, kalau masing-masing elemen pendidikan menyadari, masing-masing memiliki kepedulian, dan semuanya mau berbagi rasa serta mengedepankan tepo seliro, maka kondisi pendidikan yang karut marut ini bisa diantisipasi. Karena itu dibutuhkan kesamaan persepsi serta satu langkah dan tujuan yang sama untuk mengangkat ‘batang terendam’ ini menjadi pendidikan bermutu.
Satu hal yang patut menjadi titik perhatian adalah bagaimana merancang guru sebagai garda depan bangsa. Sebagai garda depan guru harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam menciptakan hasil pembelajaran secara optimal yang selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
Bagi penulis, menjadikan guru sebagai garda depan dapat didefinisikan dengan kondisi sebagai berikut. Pertama, guru sebagai planner yaitu guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, tidak hanya berupa program rutin seperti menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran, juga mampu merencanakan setiap pembelajaran yang dilakukan agar berjalan maksimal. Lebih penting lagi perencanaan tersebut bisa terprogram dengan lebih baik.
Kedua, guru sebagai inovator, artinya guru memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan berkenaan dengan pola pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, serta sistem dan alat evaluasi. Secara individu maupun bersama-sama, guru harus mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
Ketiga, guru sebagai motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya. Keempat, guru sebagai capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, serta sikap yang lebih mantap sehinga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif;
Kelima, guru sebagai developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Guru sebagai garda depan bangsa juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan siswa melalui pemahaman, keaktifan, dan pembelajaran sesuai kemajuan zaman. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin dan bertanggung jawab
Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ, SQ dan ke dewasaan sosial siswa ber imbang.
Selain itu, guru garda depan juga harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru garda depan bagsa, bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru garda depan bangsa diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama, yang merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan dirinya sebagai garda depan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar