Selasa, 16 April 2019

BAB 13
LEVEL DAN POLA LANTAI PADA GERAK TARI


A. Pengertian Level

                Kamu telah melakukan diskusi dengan teman tentang gerak tari berdasar level. Materi gerak tari mungkin ada yang berasal dari tari yang berkembang di daerahmu atau tempat lain. Di Indonesia ada juga tradisi yang dilakukan dengan level tinggi yaitu melayang, yaiutu di daerah Nias dengan melompati batu. Tradisi ini telah hidup ratusan tahun silam dan masih dipelihara sampai saat ini. Demikian juga dalam melakukan gerak tari. Gerak level rendah dilakukan menyentuh lantai. Gerak level sedang dilakukan sejajar dengan tubuh, dan gerak level tinggi dilakukan sebatas kemampuan penari melakukan gerak secara vertikal.

                Setiap gerak tari daerah memiliki kesamaan pada level baik tinggi, sedang, maupun rendah. Tari secara keseluruhan ada yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan daerah lain bahkan dengan negara lain. Tari daerah Kalimantan memiliki kesamaan dengan Malaysia terutama daerah Sabah. Jadi budaya dapat melintas batas tidak hanya pada satu wilayah provinsi tetapi dapat juga batas wilayah negara. Di Kalimantan dan Sabah sama-sama memiliki seni budaya Dayak. Kemiripan seni budaya dapat juga dijumpai pada masyarakat Bali dan Sasak di Nusa Tenggara Barat. Seni Tari sebagai salah satu hasil budaya dapat menjadi media perekat antar suku, ras, agama, maupun golongan.

1. Level Tinggi
                 Level tinggi pada gerak tari sering dilakukan pada tradisi tari balet.Level tinggi juga dapat dijumpai pada tari tradisi di Indonesia. Pada tarian perang dari suku Dayak salah seorang dari penari melompat dan memberi kesan dinamis dan kekuatan yang luar biasa. Tarian dengan tema perang di setiap suku memiliki kemiripan level tinggi. Level tinggi berfungsi juga untuk menunjukkan antara
dua peran yang berbeda.

2. Level Sedang
                 Gerak pada level sedang hampir dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari berdiri secara lurus di atas pentas. Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulinitas karena gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria. Properti dengan menggunakan tongkat sering di jumpai pada gerak tari Jawa, Sunda, Kalimantan, dan Papua, serta daerah lain. Tongkat dapat berupa tombak atau sejenisnya. Tongkat atau tombak yang digunakan biasanya menunjukkan bahwa tari tersebut bertema peperangan. Gerak level sedang juga ditunjukkan pada tari rampak dengan badan agak condong. Pose gerak seperti ini memberi kesan kokoh dan kuat. Gerak ini juga memberi kesan maskulinitas yaitu gerakan yang biasa ditarikan untuk peran laki-laki.

3. Level Rendah
                  Kamu tentu pernah melihat seorang anak berguling. Berguling dari satu tempat ke tempat lain. Terus bergerak seolah tanpa lelah. Gerak berguling yang dilakukan dalam tari disebut dengan level rendah. Ketinggian minimal dicapai penari adalah pada saat rebah di lantai. 

Jadi level gerak yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Level pada gerak berfungsi untuk membuat desain bawah dan atas sehingga gerak tari yang dilakukan tampak dinamis. Level gerak juga berhubungan dengan ruang, waktu, dan tenaga. Level dapat membentuk ruang. Untuk membentuk ruang membutuhkan waktu. Untuk membentuk ruang dan waktu tentu membutuhkan tenaga untuk dapat melakukan gerak sesuai dengan intensitasnya.

B. Pola Lantai

               Bentuk pola lantai ada yang membentuk garis lurus dan ada yang membentuk garis lengkung. Setiap tari memiliki pola lantai yang hampir mirip atau bahkan sama yaitu menggunakan pola garis lurus atau lengkung.

1. Pola Lantai Garis Lurus
       Pola lantai garis lurus sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di Indonesia. Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horisontal yang menunjukkan hubungan antarmanusia. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tarian Bedaya di keraton Jawa. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali. Garis-garis lurus dapat juga dimaknai memiliki sikap jujur.

2. Pola Lantai Garis Lengkung
       Pola lantai tari selain garis lurus dapat juga berbentuk garis lengkung. Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari Minangkabau. Pada penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan. Di daerah Flores dapat dijumpai tari dengan mengunakan garis lengkung yaitu tari Gawi. Tari Rejang Dewa dari Bali juga banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah Papua juga banyak menggunakan pola lantai lengkung.

BAB 11
MENYANYI DENGAN LEBIH DARI SATU SUARA

                                Pada Bab sebelumnya, kamu sudah belajar dan berlatih menyanyikan lagu secara unisono. Pada Bab ini dibahas tentang jenis-jenis vokal grup. Vokal grup biasanya terdiri dari 3 sampai dengan 12 orang yang menyanyikan lebih dari satu suara. Kemudian ada paduan suara kecil yang anggotanya 12 sampai dengan 28 orang dan paduan suara lebih dari 28 orang Kita masih mengenal istilah lain yaitu akapela, nasyid dan lagu kanon. Akapela adalah bentuk vokal grup gaya kapel dan tanpa alat musik pengiring. Nasyid berasal dari bahasa Arab ansyadayunsyidu yang artinya bersenandung. Lagu kanon adalah lagu yang dinyanyikan oleh dua atau lebih kelompok penyanyi dinyanyikan dengan melodi saling kejar-mengejar

1. Berlatih Lagu Kanon
                                Lagu bentuk kanon sering ditampilkan pada kegiatan kepramukaan, oleh karena itu kamu pasti pernah mengenalnya. Lagu kanon biasanya dinyanyikan susul-menyusul. Lagu Burung Hantu dapat dinyanyikan dalam dua kelompok. Kelompok pertama memulai dengan baris pertama sedangkan kelompok yang lain memulai setelah kelompok pertama selesai menyanyikan baris pertama dan kelompok kedua baru memulainya. Sehingga susul menyusul sampai selesai.

2. Latihan Vokal
                          Agar mutu suara baik sebaiknya harus melakukan latihan olah vokal dan menerapkan pernapasan diafragma.

3. Latihan Vokal Grup dan Paduan Suara
    a. Latihan Lagu Dua Suara
       Latihan lagu dua suara dapat dilakukan dalam dua kelompok. Kelompok pertama menyanyikan melodi suara pertama dan kelompok kedua menyanyikan melodi suara kedua. Kelompok pertama adalah kelompok perempuan, dan kelompok kedua adalah kelompok laki-laki. Nah, mari kita berlatih dengan lagu-lagu berikut. 
 - Bagimu Negeri
 - Mengheningkan Cipta
 - Sue Ora Jamu

   b. Latihan Lagu Tiga Suara
         Latihan lagu tiga suara dinyanyikan dalam tiga kelompok. Melodi suara pertama dinyanyikan oleh kelompok perempuan dengan suara tinggi, kelompok kedua oleh kelompok perempuan dengan suara rendah, kelompok ketiga oleh laki-laki. Bila siswa perempuan sedikit, melodi suara satu dinyanyikan oleh kelompok perempuan, suara kedua oleh laki-laki dengan suara tinggi, kelompok tiga oleh laki-laki dengan suara rendah.
 - Melati Suci
 - Ibu Pertiwi
BAB 10
Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu

A. Pengertian Bahan Kayu

                               Pemanfaatan kayu sebagai benda seni sudah sejak lama ada. Kayu biasanya diolah terlebih dahulu menjadi benda-benda seni tertentu kemudian diberikan sentuhan ragam hias. Ragam hias yang digunakan tidak berbeda dengan bahan-bahan lain. Ragam hias yang digunakan biasanya diambil dari unsur flora, fauna, geometris, dan bentuk-bentuk figuratif.
                               Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menerapkan ragam hias pada bahan kayu seperti mengukir dan menggambar. Mengukir berarti ragam hias dibuat dengan cara permukaan kayu dipahat dan dibentuk seperti relief. Teknik menggambar dibuat setelah benda atau barang seni terbentuk. 
                           Ragam hias pada kayu sering dijumpai pada pintu, jendela, bagian rumah tertentu, dan bagian tiang rumah. Pada umumnya, ragam hias selain digunakan sebagai bagian dari keindahan rumah juga berfungsi sebagai penolak bala atau penghormatan kepada roh leluhur. Beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua memiliki ciri khas sendiri dalam membuat ragam hias pada bahan kayu.

B. Ragam Hias

                        Penempatan ragam hias pada bahan kayu dapat dilakukan pada bidang dua dan tiga dimensi. Pada bidang dua dimensi, ragam hias dapat dilakukan dengan menggambar atau melukis permukaan bidangnya. Penerapan ragam hias pada bidang dua dimensi seperti ragam hias pada ukiran kayu, dilihat pada sisi-sisi bangunan rumah adat.
                        Penerapan ragam hias pada bahan kayu dibuat dengan cara mengukir. Penyelesaiannya menggunakan cat kayu. Penerapan ragam hias pada bahan kayu dapat dikembangkan pada benda atau barang-barang kerajinan daerah seperti tameng dan topeng. Ragam hias dikerjakan dengan cara digambar dan diberi warna.

C. Teknik Berkarya Bahan Kayu

                         Berkarya dengan bahan kayu dapat dilakukan dengan cara mengukir dan menggambar atau melukis. Mengukir berarti membuat sayatan pada permukaan kayu dengan menggunakan alat pahat. Kegiatan melukis berarti membuat gambar ragam hias dan kemudian diberi warna. Kedua teknik ini memiliki prosedur kerja yang berbeda.
         1. Menggambar Ragam Hias Ukiran
         2. Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu
Beberapa prosedur dalam melukis bahan dari kayu sebagai berikut.
1. Menyiapkan perlengkapan alat lukis (kuas, palet, cat)
2. Menyiapkan bahan kayu (papan atau batang kayu)
3. Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu
4. Melukis sesuai dengan pola ragam hias
5. Memberikan warna pada lukisan
6. Memberi cat pelapis (vernis)
BAB 9
Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

 A. Pengertian bahan Tekstil
                    
                    Penerapan ragam hias pada tekstil sudah banyak kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia dengan mengambil motif flora, fauna, dan bentuk imajinasi geometris. Teknik penambahan ragam hias pada media tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun, membordir, menyulam, dan melukis.
                Bahan tekstil dibuat dari perpaduan antara benang lungsi dan pakan yang saling bersilangan. Jenis bahan tekstil tidak hanya sebatas pada selembar kain, tetapi juga berbagai jenis bahan seperti: kain songket, kain tenun, dan kain bordir. Setiap daerah memiliki ciri khas corak dan ragam hias. 
                          Proses pembuatan bahan tekstil dapat dilakukan dengan pola anyaman berupa jalinan antara benang lungsi dan benang pakan yang saling bersilangan. Alat yang digunakan untuk membuat bahan tekstil bisa dilakukan dengan alat tenun tradisional maupun yang modern.

B. Jenis dan sifat bahan tekstil

Jenis tekstil dapat diketahui dari perbedaan serat dan permukaan teksturnya. Ada yang berasal dari serat alam (tumbuhan dan hewan), serat buatan (sintetis), dan serat dari bahan galian (asbes dan logam). Serat bahan alam misalnya: katun, wol, sutera. Serat buatan misalnya: dakron, polyester, dan nilon. Serat dari bahan galian misalnya: brokat, lame, dan songket. Jenis-jenis bahan tekstil ini memiliki sifat yang berbeda-beda, sebagai berikut.
1. Katun: sifat bahan katun menyerap air (higroskopis), mudah kusut, kenyal dan dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi.
2. Wol: sifat bahan wol sangat kenyal, tidak mudah kusut, dapat menghantarkan panas, apabila dipanaskan menjadi lebih lunak.
3. Sutera: sifat bahan sutera lembut, licin, berkilat, kenyal dan kuat. Bahan sutera banyak mengisap air dan memiliki rasa sejuk apabila digunakan.
4. Dakron, polyester, dan nilon: bahan-bahan tekstil ini bersifat lebih tahan panas, tidak mudah kusut, tidak perlu disetrika, kuat, dan bila dicuci, akan cepat kering.
5. Brokat, lame, dan songket: sifat bahan tekstil ini kurang menyerap air, mudah berubah warna, tidak mudah kusut, kurang menyerap air dan tidak tahan dengan panas tinggi.

C. Jenis dan Bahan Pewarna

                       Pewarna alami bagi pengrajin sudah cukup dikenal. Pewarna alami biasa mereka peroleh dari beberapa jenis bagian tumbuhan seperti: kulit soga, mengkudu, kesumba, dan teh. Pada pewarna sintetis, jenis pewarnanya adalah Naptol dan Indigosol. Jenis pewarna Naptol digunakan pada teknik celup dan pewarna Indigosol dapat digunakan dengan cara celup dan colet (lukis).

D. Teknik

                        Bentuk ragam hias dapat diaplikasikan pada media tekstil, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik menggambar. Menggambar pada bahan tekstil kaos, menjadi pilihan yang bisa dilakukan. Pewarnaan bisa dilakukan dengan menggunakan cat tekstil atau cat sablon. Proses pembuatannya dapat menggunakan kuas dan diberi campuran beraneka warna. Sebelum dicat, kaos terlebih dahulu dibuatkan sketsa ragam hiasnya. Pada saat pengecatan, sebaiknya kaos diberi alas dalam agar tidak tembus ke belakang. Proses yang harus dilakukan dalam menggambar pada bahan tekstil sebagai berikut.
1. Siapkan alat dan bahan melukis.
2. Gunakan kaos putih sebagai media.
3. Siapkan objek gambar ragam hiasnya.
4. Keringkan hasil gambar dengan menggunakan sinar matahari.