Istilah Asmaul Husna tentu tidak asing bagi umat Islam terlebih bagi kalangan santri baik di pondok pesantren maupun sekolah keagamaan (madrasah). Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab, yakni kata Asma (bentuk jamak dari kata ism) yang berarti nama-nama dan kata Husna yang artinya paling baik atau terbaik. Jadi Asmaul Husna dapat didefinisikan sebaga nama-nama Allah yang terbaik.
Menurut Prof DR Quraisy Shihab, Asmaul Husna bisa dijelaskan sebagai nama-nama Allah yang menunjukkan sifat-sifat Nya. Penyebutan dalam bentuk kata superlatif itu memberi pengertian bahwa nama-nama tersebut bukan hanya baik, tetapi yang terbaik jika dibandingkan dengan yang selain Allah SWT. Sifat Rohman (pengasih) misalnya, manusia juga punya tetapi tentu tidak sama dengan sifat pengasih yang dimiliki Allah.
Jumlah nama-nama Allah yang terbaik (Asmaul Husna) sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW ada sembilan puluh sembilan. “Inna lillahi tis’un watis’ina isman, man ahshaha dakholal jannah”. Artinya : Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barang siapa yang menghafalnya niscaya Allah akan memasukkan dia ke surga (HR. Bukhari Muslim).
Arti yang tersurat dan tersirat dalam Asmaul Husna memaklumkan kepada kita bahwa betapa baiknya sifat-sifat Allah SWT dan betapa indah dan agungnya ketika kita renungkan dengan kondisi pikiran dan hati yang bersih. Nama nama Allah yang sembilan puluh sembilan itu perlu dibaca supaya keyakinan dan iman kita kepada Allah semakin kuat dan mantap serta dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang kita hafal.
Hati manusia selalu dipengaruhi dua kekuatan yaitu kekuatan Ilahiyah (ketuhanan) kekuatan syaithoniyah (setan). Apabila hati penuh dengan keimanan maka akan mengarah dan membimbing kita pada sikap dan tingkah laku yang positif. Sebaliknya bila hati kurang terisi keimanan tentu bisikan setanlah yang dominan, sehingga segala ucapan dan tingkah laku selalu mengarah pada kejelekan sebagaimana sifat setan.
Sifat dan perbuatan setan itu dilaknat oleh Allah SWT. Nabi telah bersabda dalam potongan haditsnya; “Inna fil jasadi mudghotan idza sholuhat sholuhal jasadu kulluhu, waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu, ala wahiyal qolbu”, artinya sesungguhnya dalam tubuh (manusia) ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baiklah semua anggota tubuh dan apabila segumpal daging itu jelek maka jeleklah semua nya. Ingatlah, itu adalah hati.
Sebagian dari sifat-sifat Allah SWT Telah diberikan pula kepada manusia sejak ia dilahirkan. Sifat –sifat baik dan terpuji yang menjadi pembawaan sejak lahir itu dalam bahasa agamanya disebut dengan fitrah. Hati seseorang telah merekam sifat-sifat Allah, dan apabila rekaman itu dapat dipelihara sampai dewasa maka pancaran sifat uluhiyah yang terangkum dalam Asmaul Husna itu akan menjadikan dirinya mulya.
Namun jika fitrah itu sudah terkontaminasi dengan sifat-sifat yang buruk maka akan berkurang pula derajat kemulyaan yang dimiliki. Derajat kemulyaan yang dimiliki setiap orang tidak sama, ini sangat tergantung pada seberapa jauh mereka mampu mengimplementasikan sifat ketuhanan /fitrah dalam kehidupannya.
Fitrah yang dimiliki setiap orang dari kita menjadikan kita mengetahui dan juga sensitif
terhadap perbuatan yang salah . Ketika kita akan melakukan suatu perbuatan keji pastilah hati nurani mengetahui bahwa perbuatan itu salah dan membisikkan kepada kita agar tidak melakukannya. Ketika kita melakukan perbuatan keji maka pasti ada perasaan takut sehingga secara psikologis orang yang berbuat keji ,memiliki atau menyimpan suatu kesalahan maka akan muncullah perasaan was-was, khawatir,dan ketakutan, karena ia telah dihantui oleh perasaannya sendiri.
Berangkat dari sinilah perlunya kita menanamkan sifat-sifat Allah yang terangkum dalam asmaul husna untuk membentuk mental kita dan anak-anak kita agar selalu disinari dengan pancaran asmaul husna . pembentukan mental itu akan lebih baik dan lebih mudah ditanamkan pada saat usia masih muda, artinya ditanamkan sejak anak masih di bangku sekolah dasar. Krisis berkepanjangan yang terjadi di negara kita yang tercinta ini jika di teliti sebenarnya berasal dari krisis moral. Karena itu penanaman dan pembentukan moral dirasa sangat penting , sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini dijadikan barometer kualitas sumberdaya manusia.
Jumlah nama-nama Allah yang terbaik (Asmaul Husna) sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW ada sembilan puluh sembilan. “Inna lillahi tis’un watis’ina isman, man ahshaha dakholal jannah”. Artinya : Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barang siapa yang menghafalnya niscaya Allah akan memasukkan dia ke surga (HR. Bukhari Muslim).
Arti yang tersurat dan tersirat dalam Asmaul Husna memaklumkan kepada kita bahwa betapa baiknya sifat-sifat Allah SWT dan betapa indah dan agungnya ketika kita renungkan dengan kondisi pikiran dan hati yang bersih. Nama nama Allah yang sembilan puluh sembilan itu perlu dibaca supaya keyakinan dan iman kita kepada Allah semakin kuat dan mantap serta dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang kita hafal.
Hati manusia selalu dipengaruhi dua kekuatan yaitu kekuatan Ilahiyah (ketuhanan) kekuatan syaithoniyah (setan). Apabila hati penuh dengan keimanan maka akan mengarah dan membimbing kita pada sikap dan tingkah laku yang positif. Sebaliknya bila hati kurang terisi keimanan tentu bisikan setanlah yang dominan, sehingga segala ucapan dan tingkah laku selalu mengarah pada kejelekan sebagaimana sifat setan.
Sifat dan perbuatan setan itu dilaknat oleh Allah SWT. Nabi telah bersabda dalam potongan haditsnya; “Inna fil jasadi mudghotan idza sholuhat sholuhal jasadu kulluhu, waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu, ala wahiyal qolbu”, artinya sesungguhnya dalam tubuh (manusia) ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baiklah semua anggota tubuh dan apabila segumpal daging itu jelek maka jeleklah semua nya. Ingatlah, itu adalah hati.
Sebagian dari sifat-sifat Allah SWT Telah diberikan pula kepada manusia sejak ia dilahirkan. Sifat –sifat baik dan terpuji yang menjadi pembawaan sejak lahir itu dalam bahasa agamanya disebut dengan fitrah. Hati seseorang telah merekam sifat-sifat Allah, dan apabila rekaman itu dapat dipelihara sampai dewasa maka pancaran sifat uluhiyah yang terangkum dalam Asmaul Husna itu akan menjadikan dirinya mulya.
Namun jika fitrah itu sudah terkontaminasi dengan sifat-sifat yang buruk maka akan berkurang pula derajat kemulyaan yang dimiliki. Derajat kemulyaan yang dimiliki setiap orang tidak sama, ini sangat tergantung pada seberapa jauh mereka mampu mengimplementasikan sifat ketuhanan /fitrah dalam kehidupannya.
Fitrah yang dimiliki setiap orang dari kita menjadikan kita mengetahui dan juga sensitif
terhadap perbuatan yang salah . Ketika kita akan melakukan suatu perbuatan keji pastilah hati nurani mengetahui bahwa perbuatan itu salah dan membisikkan kepada kita agar tidak melakukannya. Ketika kita melakukan perbuatan keji maka pasti ada perasaan takut sehingga secara psikologis orang yang berbuat keji ,memiliki atau menyimpan suatu kesalahan maka akan muncullah perasaan was-was, khawatir,dan ketakutan, karena ia telah dihantui oleh perasaannya sendiri.
Berangkat dari sinilah perlunya kita menanamkan sifat-sifat Allah yang terangkum dalam asmaul husna untuk membentuk mental kita dan anak-anak kita agar selalu disinari dengan pancaran asmaul husna . pembentukan mental itu akan lebih baik dan lebih mudah ditanamkan pada saat usia masih muda, artinya ditanamkan sejak anak masih di bangku sekolah dasar. Krisis berkepanjangan yang terjadi di negara kita yang tercinta ini jika di teliti sebenarnya berasal dari krisis moral. Karena itu penanaman dan pembentukan moral dirasa sangat penting , sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini dijadikan barometer kualitas sumberdaya manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar